Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Selamat datang di zona forum komunikasi antar mahasiswa muslim (FOKAMM) Jl. Bhayangkara No.57 Surakarta Telp. (0271) 719552
"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyerukan kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imron : 104)
Hikmah Salaf
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Istiqomah adalah komitmen untuk mencintai dan beribadah kepada Allah dan tidak menyimpang darinya baik ke kanan ataupun ke kiri.”

Mukaddimah

Sambutan ketua fokamm
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh"
Segala puji syukur bagi Allah SWT, Rob semesta alam, sembahan jin dan manusia. Salam dan sholawat semoga selalu tercurah kepada Rasululloh saw, keluarga, shohabat serta pengikutnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir zaman.

Suatu karunia dan ni’mat yang selalu kita syukuri adalah telah sempurnanya agama Islam. Allah SWT telah menjamin kesempurnaan agama Islam dan meridhoi Islam sebagi agama bagi seluruh umat manusia. Allah SWT tidak meridhoi agama selain Islam. Dan Allah SWT mengancam orang – orang yang tidak memeluk agama Islam sebagai agamanya, dengan cap sebagai orang kafir dan mereka akan dimasukkan kedalam neraka dan kekal di dalamnya.

Sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT adalah dengan berusaha menjalankan ajaran Islam sesuai kemampuan kita yang sebenarnya, bukan dengan memilih dan memilah, yang cocok dengan hawa nafsu diterima dan yang tidak sesuai hawa nafsu ditentang, seorang muslim yang paling sesuai amalannya dengan Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh saw serta yang paling ikhlas kepada Allah SWT. Sungguh merupakan suatu musibah dan tipu daya syetan apabila seorang muslim melaksanakan suatu amalan yang menghabiskan dana, tenaga dan waktu yang tidak sedikit, sedangkan amalan tersebut tidak sesuai dengan aturan – aturan Allah SWT dan tidak ada contoh dari Rosululloh SAW.

Suatu perkara yang sering kita lalaikan dalam melaksanakan amal ibadah adalah seringnya kita beralasan : bahwa amal itu yang penting ikhlas dan niatnya baik, masalah amal itu diterima atau tidak adalah urusan Allah SWT bukan urusan kita.

Alasan seperti ini sekilas nampak baik dan benar, namun bagi orang yang mau mempelajari dan menelaah Al-Quran dan Hadits serta ucapan para ulama maka alasan seperti ini perlu diluruskan. Allah SWT dan Rasululloh SAW telah menjelaskan bahwa amal ibadah yang dianggap sebagai amal sholih dan akan diberi balasan pahala jika terpenuhi 3 syarat antara lain :

1. Beramal ikhlas semata-mata hanya mengharap pahala dan ridho dari Allah SWT.

2. Beramal sesuai dengan aturan Allah SWT dan contoh Rosululloh saw.

3. Orang yang beramal haruslah seorang muslim atau mukmin.
Maka seorang muslim yang sholat shubuh 4 rekaat dengan niat ikhlas karena Alloh SWT, sholatnya tidak diterima, karena sholat shubuh 4 rokaat tidak ada contoh dari Allah SWT dan dari Rosululloh SAW. Seorang muslim berpuasa selama 40 hari 40 malam tanpa berbuka dan tanpa makan sahur dengan niat ikhlas karena Allah SWT maka puasanya tidak diterima, karena Rosululloh SAW tidak mencontohkannya.

Seorang muslim berqurban pada hari raya idul Ad’ha dengan niat agar disebut sebagai orang yang rajin berqurban dan karena malu dengan tetangga, maka qurbannya tidak diterima, karena dia tidak ikhlas dalam berqurban. Seorang yang berinfaq dengan niat agar disebut sebagai orang dermawan dan murah hati, maka infaqnya tidak diterima, karena tidak ikhlas karena Allah SWT.

Seorang nasrani berpuasa pada bulan Romadhon dengan niat ikhlas karena berharap pahala Allah SWT dan berpuasa sesuai aturan Allah SWT dan Rosululloh SAW, maka puasanya tidak diterima, karena dia bukan seorang muslim. Seorang yang beragama selain islam menginfaqkan hartanya untuk pembangunan jalan, madrasah, masjid, jembatan atau yang lainnya, maka infaqnya tidak diterima, karena dia bukan seorang muslim, Wallohua’alam bishowab.

Begitu syariat Islam yang indah, yang tidak ada aturan yang lebih sempurna daripada syariat Islam. Dan alangkah bahagia dan senangnya apabila kita bisa melaksanakan suatu amalan ibadah dengan memenuhi syarat-syarat tersebut. Semoga Alloh SWT memberi hidayah kepada kita dan memudahkan kita dalam beribadah kepadanya. Amin

Dalam rangka membentengi diri kita khususnya dan kaum muslimin dari pengaruh-pengaruh non muslim yang ingin menghancurkan umat Islam dari dalam dengan berbagai cara, berbagai hal, berbagai macam virus syubhat dan syahwat, serta dalam rangka melakasanakan kewajiban umat muslim yaitu ikut andil dalam menjaga kemurnian ajaran yang dibawakan oleh Rosulullah SAW. Maka kami mencoba mengumpulkan tulisan para ulama yang menjelaskan tentang berbagai hal tentang berbagai macam artikel yang insya Allah membangun bagi diri kita, keluarga, sahabat serta umat muslim yang ingin berlomba-lomba dalam meraih ridho dan barokah dari Allah SWT.

Semoga tulisan yang tertulis pada blog, Friendster, Face Book, Hi5, Flixster, Webs serta media lain tentang fokamm bias memberi manfaat tambahan wawasan keislaman, aqidah dan pemahaman kita terhadap Islam yang mulia ini. Dan kewajiban bagi seluruh kaum muslimin untuk kembali mengamalkan ajaran Islam secara murni dan konsekwen tanpa adanya tambahan dan pengurangan. Dan kami juga akan selalu merindukan nasehat dari para pembaca untuk memperbaiki kinerja kami.

Hanya dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni dengan apa yang telah datang dari Allah SWT, umat Islam akan jaya di dunia dan mulia diakhirat. Amin

Apabila ada kesalahan dalam penulisan serta dalam menyantumkan nama pengarang serta refrensi dari penerbit. Afwan jiddan semoga Alloh senantiasa mengampuni kami dan memberikan petunjuk jalan kebaikan dan kebenaran.amin

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Ketua Dewan Fokamm

Hasad

Kesehatan mental merupakan sesuatu yang amat penting bagi individu dan masyarakat. Mental atau hati yang sehat akan membuat manusia selalu berada dalam kebaikan, sedangkan hati yang sakit akan berpengaruh negatif terhadap sikap dan prilakunya. Ketidaktaatan manusia kepada Allah bukanlah karena faktor rendahnya kadar intelektual, tapi lebih kepada hatinya yang tidak sehat. Akibatnya, banyak manusia yang kehilangan nilai-nilai kemanusiaannya sehingga derajatnya menjadi begitu rendah, bahkan lebih rendah dari binatang ternak sekalipun. Dalam satu hadits, Rasulullah Saw menyebutkan: “Ketahuilah bahwa pada tubuh manusia itu ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah tubuh itu dan bila ia buruk, buruklah tubuh itu. Segumpal daging itu adalah hati (HR.Bukhari dan Muslim)”.

Ada banyak penyakit mental yang menyerang manusia, satu diantaranya adalah hasad. Dalam lisan al Arab, disebutkan bahwa hasad adalah seseorang menginginkan hilangnya kesenangan yang dimiliki orang lain dan berusaha memindahkan kesenangan itu agar berpindah kepada dirinya. Dalam bahasa kita, hasad seringkali disebut dengan iri hati atau dengki atas prestasi atau keberuntungan yang dicapai orang lain. Ekses dari sikap ini adalah berusaha menghilangkan keberuntungan itu agar beralih pada dirinya.

Dalam kehidupan Rasulullah Saw, diantara pihak yang iri pada beliau adalah orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nasrani maupun orang-orang musyrik, begitu juga dengan orang munafik. Oleh karena itu, Allah Swt berpesan kepada Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya agar bersabar dan terus memperkokoh ketaqwaan kepada Allah Swt dalam menghadapi sikap mereka, Allah berfirman: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan” (QS 3:120).

Kepada orang-orang yang beriman, Allah Swt menegaskan agar sikap hasad ini dijauhi dari dirinya karena merupakan salah satu sikap yang tercela dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya sehingga sikap ini sesuatu yang sangat tidak pantas untuk dimiliki orang-orang yang beriman, Allah berfirman: “Dan Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang telah dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain (QS 4:32)”.

Hasad merupakan sikap tercela dan hal itu akan membawa dampak yang negatif, baik bagi dirinya maupun terhadap orang lain. Terhadap dirinya akan lahir sikap dan sifat negatif seperti tidak menyukai kritik dan saran, apalagi kalau hal itu datang dari orang yang dia berhasad kepadanya, sedangkan terhadap orang lain dilakukan tindakan-tindakan yang tidak benar, sebagai konsekuensi logis dari ketidaksukaannya terhadap orang yang mencapai keberhasilan dan kemajuan. Karena itu, kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab utama lahirnya sikap hasad ini agar dengan demikian kita bisa menjauhinya sehinga sikap yang buruk ini tidak tumbuh dalam diri kita masing-masing.

Di dalam Al Qur’an, Allah Swt menyebutkan dua sebab utama yang membuat seseorang berlaku hasad:

Pertama, rasa permusuhan dan kebencian kepada seseorang. Fakta sejarah menunjukkan bahwa orang kafir, musyrikin dan munafik tidak suka melihat kemajuan yang telah dicapai oleh Rasulullah Saw dengan para sahabatnya, akibatnya mereka tidak sekan-segan menganiaya, memusuhi bahkan memeranginya. Karena itu terjadilah sejumlah peperangan pada masa Rasul disebabkan rasa permusuhan dan kebencian yang membuat mereka menjadi iri hati. Itulah sebabnya, mengapa orang-orang seperti itu tidak boleh dijadikan sebagai teman kepercayaan sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkanmu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya (QS 3:118)”.

Kedua, bagi munculnya sifat hasad adalah bersifat dan bersikap sombong (takabbur), yakni merasa diri sendiri yang paling baik, paling benar atau paling hebat. Dari sifat dan sikap seperti itu seseorang tidak suka terhadap keberhasilan dan kemajuan yang dicapai orang lain sehingga kemajuan dan keberhasilan orang lain itu harus dihambat, bahkan kalau perlu dihentikan dengan berbagai cara, dari sinilah salah satu faktor yang menyebabkan lahirnya prilaku kriminal dan akhlak tercela lainnya antara manusia yang satu terhadap manusia yang lain, bahkan penolakan terhadap nilai-nilai kebenaran yang dibawa oleh Rasul. Allah berfirman menceritakan soal ini: “Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir diantara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi (QS 23:33-34)”.

Karena faktor kesombongan merupakan sesuatu yang sangat buruk, maka menjadi sangat wajar kalau Rasulullah Saw menyatakan bahwa: tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun hanya sebiji sawi.

Meskipun hasad itu sikap yang buruk dan harus kita hilangkan dari diri kita, ternyata oleh Rasulullah Saw dinyatakan tidak semua sikap hasad itu buruk, ada juga yang positif sehingga boleh dimiliki dan dilakukan, hal ini dinyatakan oleh beliau dalam satu hadits: “Hasad tidak diperbolehkan kecuali dalam dua hal, iri hati pada orang yang dianugerahi Allah harta yang banyak lalu digunakan untuk kepentingan kebenaran dan iri hati kepada orang yang dianugerahi Allah banyak ilmu lalu ia mengamalkan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain (HR. Bukhari)”.

Hasad dalam dua soal yang disebutkan oleh Rasulullah di atas akan membuat seorang muslim semakin tinggi semangatnya dalam mencari harta untuk selanjutnya diinfakkan di jalan Allah dan terus berusaha menambah atau memperbanyak ilmu untuk dimanfaatkan dalam segala bentuk kebaikan sehingga memberi manfaat yang besar kepada orang lain. Ini berarti, keinginan menjadi baik bukan semata-mata keinginan yang dikhayalkan, tapi setiap orang harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh apa yang menjadi keinginan baiknya itu. Kalau seseorang ingin memperoleh harta untuk selanjutnya digunakan dengan baik dan memberi manfaat kebaikan pada orang lain, maka dia harus berusaha untuk mendapatkan harta itu secara sungguh-sungguh dengan cara-cara yang halal. Sedangkan bila ingin memiliki ilmu yang banyak untuk diajarkan dan dimanfaatkan dalam kebaikan, maka seseorang harus menuntutnya secara serius sehingga dia menjadi orang yang alim dan bisa memanfaatkan ilmunya itu pada jalan hidup yang benar.

Akhirnya menjadi keharusan kita bersama untuk terus menjaga kebersihan jiwa kita masing-masing akan menjadi sehat dan dapat mengarahkan kita pada kehidupan pribadi yang shaleh.Inspiration (kolim)

Bulan

BULAN TERBELAH DUA
Dalam Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab2 hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah (saw) hijrah, berkumpullah tokoh2 kafir Quraiy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al 'Ash bin Qail. Mereka meminta kepada nabi Muhammad (saw) untuk membelah bulan. Kata mereka, "Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua." Rasulullah (saw) berkata kepada mereka, "Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?" Mereka menjawab, "Ya." Lalu Rasulullah (saw) berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah (saw) memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah (saw) berkata, "Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu." Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, "Ini sihir!" padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan seksama.
Atas peristiwa ini Allah (swt) menurunkan ayat Al Qur'an:
"Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2(kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir." (QS Al Qomar 54:1-2) Subhanallah. Apakah kalian akan membenarkan ayat Al-Qur'an ini yang menyebabkan masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah kisahnya.

Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut: Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris bagian Barat. Para peserta yang hadir ber-macam2, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an. Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi "Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah" mengandung mukjizat secara ilmiah? Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasul terakhir Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam, sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi2 sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab
Allah dan hadits2 Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur'an dan hadits2 Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta'alaa benar2 maha berkuasa atas segala sesuatu. Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Makkah Mukarramah ke Madinah Munawarah. Orang2 musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan meng-olok2)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Coba belah bulan..." Rasulullah pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad saw agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2 musyrik pun berujar, "Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!" Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan. Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Makkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Makkah, orang2 musyrik pun bertanya, "Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?" Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali..." Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir(ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: " Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap... (sampai akhir surat Al-Qamar). Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai Tuan, bolehkah aku menambahkan?" Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: "Dipersilahkan dengan senang hati." Daud Musa Pitkhok berkata, "Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi muslim),
maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna2 Al-Qur'an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku mem-buka2 terjemahan Al-Qur'an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: " " Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2 selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan se-hari2. Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran. Suatu hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan. Presenter berkata, "Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak gunanya." Ketiga pakar itu pun membela diri dengan projek antariksanya dan berkata, "Projek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia." Dalam diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, "Kebodohan macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun." Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai hingga demikian mahal taruhannya?" Mereka menjawab, "Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali! Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?" Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batu-batuan yang terpisah (karena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali!" Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah...
turun dari kursi dan berkata, 'Mukjizat (kehebatan) benar2 telah terjadi pada diri Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar2 telah meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah... Lalu aku pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar.
Dan saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam."
SUDAH ANDA MEMIKIRKAN ? (^.^) Ensiklopeia Islam

बेरमल Sholih

Salah satu keharusan terpenting yang harus diwujudkan oleh setiap mu’min adalah beramal shaleh. Karena itu di dalam Al-Qur’an dan Al Hadits, kita dapati begitu banyak perintah untuk beramal shaleh bagi orang-orang yang telah mengaku beriman. Bentuk amal shaleh itu sendiri amat banyak, setiap perbuatan seorang muslim sejak bangun tidur di pagi hari hingga tidur lagi di malam hari pada dasarnya bisa dinilai sebagai amal yang shaleh manakala memenuhi tiga kriteria. Pertama, niat yang ikhlas karena Allah Swt. Kedua, benar dalam melaksanakannya sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ketiga, tujuannya adalah untuk mencari ridha Allah Swt.
Di dalam Al-Qur’an, ada banyak keuntungan yang akan diperoleh bagi setiap mu’min yang beramal shaleh, baik dalam kehidupannya di dunia maupun di akhirat. Dalam tulisan yang terbatas ini, akan kita bahas beberapa ayat saja.
1. Memiliki Rasa Kasih dan Sayang.
Kasih sayang merupakan salah satu sifat penting yang harus dimiliki manusia. Adanya rasa kasih sayang terhadap sesama membuat manusia tidak hanya mementingkan dirinya sendiri atau tidak bersifat individual. Rasa kasih sayang yang dimiliki seorang mu’min membuat dia siap membantu mengatasi persoalan orang lain. Rasa kasih dan sayang telah membuat Sahabat Abu Bakar Ash Shiddik membantu Bilal bin Rabah dengan membebaskannya dari perbudakan meski dengan pengorbanan uang dalam jumlah yang banyak. Rasa kasih sayang juga telah membuat Sahabat Utsman bin Affan mengorbankan hartanya untuk membeli kebutuhan pangan dalam jumlah yang banyak untuk membantu masyarakat yang dilanda kelaparan. Begitulah para sahabat lain dan orang-orang yang memiliki iman dengan amal shaleh yang banyak.
Rasa kasih dan sayang juga membuat seorang mu’min merasa memiliki tanggung jawab perbaikan terhadap mu’min lainnya, karenanya wujud dari sikap ini adalah adanya rasa tanggung jawab untuk menunaikan tugas da’wah guna memperbaiki sikap dan kepribadian seorang muslim.
Dalil yang menyebutkan anugerah Allah terhadap orang yang bermal shaleh berupa rasa kasih sayang disebutkan dalam firman Allah yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang (QS 19:96).
2. Kehidupan Yang Baik.
Kehidupan yang baik merupakan dambaan bagi setiap orang. Hidup yang baik adalah kehidupan yang dijalani tanpa mengabaikan ketentuan Allah dan Rasul-Nya sehingga kehidupannya menjadi berkah, bermanfaat besar bagi diri, keluarga dan masyarakatnya. Kata thayyibah (baik) juga digunakan Al-Qur’an untuk menyebut kalimat tauhid yang diumpamakan seperti pohon yang baik. Pohon yang thayyibah adalah pohon yang akarnya teguh menancap ke dalam bumi dan cabangnya menjulang ke langit sehingga menghasilkan buah yang banyak yang tentu saja bermanfaat besar bagi manusia, juga bibit yang banyak bagi pertumbuhan pohon yang baru lagi, Allah berfirman yang artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat (QS 14:24-25).
Anugerah kehidupan yang baik diberikan Allah Swt kepada orang-orang yang beramal shaleh dengan landasan iman kepada-Nya. Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS 16:97).
Dengan demikian, kehidupan yang baik bagi seorang mu’min adalah kehidupan yang berdaya guna tinggi, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh orang lain. Bagi seorang mu’min, adanya menggenapkan dan tidak adanya mengganjilkan, bukan ada atau tidak ada sama saja. Karena itu, Rasulullah Saw dalam satu haditsnya menyatakan:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain (HR. Qudha’i dari Jabir ra)
Agar kehidupan manusia dapat berjalan dengan baik dan berdaya guna tinggi, maka Allah Swt menurunkan sejumlah peraturan, meskipun peraturan itu ada kalanya kurang menyenangkan manusia sehingga ada manusia yang kurang menyenangi peraturan tersebut, tapi justeru hal itu untuk kepentingan manusia juga. Sama halnya dengan peraturan lalu lintas di perjalanan, kita kurang senang dengan adanya lampu lalu lintas, tapi justeru hal itu untuk kebaikan manusia dalam perjalanannya. Betapa kacau jalan raya dengan kendaraan yang padat manakala dengan banyak persimpangannya itu tidak menggunakan lampu lalu lintas. Peraturan itu diturunkan oleh Allah Swt, karena Dialah yang lebih tahu tentang manusia; sehingga Dia lebih tahu tentang peraturan apa yang lebih tepat untuk manusia, sekaligus tidak memiliki kepentingan apa-apa terhadap mereka. Karenanya agama merupakan peraturan Allah yang mengantarkan manusia pada kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat.
3. Pahala Yang Besar.
Di dalam ayat di atas (QS 16:97), orang yang beramal shaleh dengan landasan iman kepada Allah Swt juga akan diberi balasan pahala yang lebih besar dari amal yang mereka lakukan sendiri. Ini merupakan keistimewaan tersendiri bagi mu’min yang beramal shaleh. Allah Swt memang akan melipatgandakan balasan pahala dari amal shaleh seseorang. Di dalam ayat lain Allah Swt berfirman yang artinya: Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) (QS 6:160).
Bahkan adakalanya amal shaleh seorang mu’min itu akan terus mengalir pahalanya meskipun dia sudah meninggal dunia, inilah yang sering disebut dengan amal jariyah, seperti waqaf, ilmu yang diajarkan kepada orang lain sehingga orang itu mengamalkannya untuk kebaikan, meninggalkan anak yang shaleh sehingga anak itu beramal dan berdo’a, dan sebagainya. Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS 95:3-6).
Dengan imbalan pahala yang besar itu, seorang mu’min akan terus memperbanyak amal shalehnya, karena memang semakin banyak pahala amal shaleh, akan semakin bahagia dalam kehidupannya di dunia dan akhirat. Imbalan pahala yang besar tidak membuat seorang mu’min tidak bergairah dalam beramal shaleh karena sudah merasa memiliki pahala yang banyak. Bagi mu’min yang sejati, semakin banyak pahala, semakin baik, karena hal itu menjadi bekal baginya untuk bisa berjumpa dengan Allah Swt, Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada-Nya (QS 18:110).
Dengan demikian, semakin jelas bagi kita bahwa sebagai mu’min, keimanan kita itu memang harus kita buktikan dengan amal yang shaleh, apalagi banyak keutamaannya dalam kehidupan kita di dunia maupun di akhirat. Insya Allah keutamaan lain dari amal yang shaleh di dalam Al-Qur’an akan kita uraian kembali pada tulisan berikutnya. (Drs. H. Ahmad Yani).