Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Selamat datang di zona forum komunikasi antar mahasiswa muslim (FOKAMM) Jl. Bhayangkara No.57 Surakarta Telp. (0271) 719552
"Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyerukan kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imron : 104)
Hikmah Salaf
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Istiqomah adalah komitmen untuk mencintai dan beribadah kepada Allah dan tidak menyimpang darinya baik ke kanan ataupun ke kiri.”

Mukaddimah

Sambutan ketua fokamm
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh"
Segala puji syukur bagi Allah SWT, Rob semesta alam, sembahan jin dan manusia. Salam dan sholawat semoga selalu tercurah kepada Rasululloh saw, keluarga, shohabat serta pengikutnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir zaman.

Suatu karunia dan ni’mat yang selalu kita syukuri adalah telah sempurnanya agama Islam. Allah SWT telah menjamin kesempurnaan agama Islam dan meridhoi Islam sebagi agama bagi seluruh umat manusia. Allah SWT tidak meridhoi agama selain Islam. Dan Allah SWT mengancam orang – orang yang tidak memeluk agama Islam sebagai agamanya, dengan cap sebagai orang kafir dan mereka akan dimasukkan kedalam neraka dan kekal di dalamnya.

Sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT adalah dengan berusaha menjalankan ajaran Islam sesuai kemampuan kita yang sebenarnya, bukan dengan memilih dan memilah, yang cocok dengan hawa nafsu diterima dan yang tidak sesuai hawa nafsu ditentang, seorang muslim yang paling sesuai amalannya dengan Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh saw serta yang paling ikhlas kepada Allah SWT. Sungguh merupakan suatu musibah dan tipu daya syetan apabila seorang muslim melaksanakan suatu amalan yang menghabiskan dana, tenaga dan waktu yang tidak sedikit, sedangkan amalan tersebut tidak sesuai dengan aturan – aturan Allah SWT dan tidak ada contoh dari Rosululloh SAW.

Suatu perkara yang sering kita lalaikan dalam melaksanakan amal ibadah adalah seringnya kita beralasan : bahwa amal itu yang penting ikhlas dan niatnya baik, masalah amal itu diterima atau tidak adalah urusan Allah SWT bukan urusan kita.

Alasan seperti ini sekilas nampak baik dan benar, namun bagi orang yang mau mempelajari dan menelaah Al-Quran dan Hadits serta ucapan para ulama maka alasan seperti ini perlu diluruskan. Allah SWT dan Rasululloh SAW telah menjelaskan bahwa amal ibadah yang dianggap sebagai amal sholih dan akan diberi balasan pahala jika terpenuhi 3 syarat antara lain :

1. Beramal ikhlas semata-mata hanya mengharap pahala dan ridho dari Allah SWT.

2. Beramal sesuai dengan aturan Allah SWT dan contoh Rosululloh saw.

3. Orang yang beramal haruslah seorang muslim atau mukmin.
Maka seorang muslim yang sholat shubuh 4 rekaat dengan niat ikhlas karena Alloh SWT, sholatnya tidak diterima, karena sholat shubuh 4 rokaat tidak ada contoh dari Allah SWT dan dari Rosululloh SAW. Seorang muslim berpuasa selama 40 hari 40 malam tanpa berbuka dan tanpa makan sahur dengan niat ikhlas karena Allah SWT maka puasanya tidak diterima, karena Rosululloh SAW tidak mencontohkannya.

Seorang muslim berqurban pada hari raya idul Ad’ha dengan niat agar disebut sebagai orang yang rajin berqurban dan karena malu dengan tetangga, maka qurbannya tidak diterima, karena dia tidak ikhlas dalam berqurban. Seorang yang berinfaq dengan niat agar disebut sebagai orang dermawan dan murah hati, maka infaqnya tidak diterima, karena tidak ikhlas karena Allah SWT.

Seorang nasrani berpuasa pada bulan Romadhon dengan niat ikhlas karena berharap pahala Allah SWT dan berpuasa sesuai aturan Allah SWT dan Rosululloh SAW, maka puasanya tidak diterima, karena dia bukan seorang muslim. Seorang yang beragama selain islam menginfaqkan hartanya untuk pembangunan jalan, madrasah, masjid, jembatan atau yang lainnya, maka infaqnya tidak diterima, karena dia bukan seorang muslim, Wallohua’alam bishowab.

Begitu syariat Islam yang indah, yang tidak ada aturan yang lebih sempurna daripada syariat Islam. Dan alangkah bahagia dan senangnya apabila kita bisa melaksanakan suatu amalan ibadah dengan memenuhi syarat-syarat tersebut. Semoga Alloh SWT memberi hidayah kepada kita dan memudahkan kita dalam beribadah kepadanya. Amin

Dalam rangka membentengi diri kita khususnya dan kaum muslimin dari pengaruh-pengaruh non muslim yang ingin menghancurkan umat Islam dari dalam dengan berbagai cara, berbagai hal, berbagai macam virus syubhat dan syahwat, serta dalam rangka melakasanakan kewajiban umat muslim yaitu ikut andil dalam menjaga kemurnian ajaran yang dibawakan oleh Rosulullah SAW. Maka kami mencoba mengumpulkan tulisan para ulama yang menjelaskan tentang berbagai hal tentang berbagai macam artikel yang insya Allah membangun bagi diri kita, keluarga, sahabat serta umat muslim yang ingin berlomba-lomba dalam meraih ridho dan barokah dari Allah SWT.

Semoga tulisan yang tertulis pada blog, Friendster, Face Book, Hi5, Flixster, Webs serta media lain tentang fokamm bias memberi manfaat tambahan wawasan keislaman, aqidah dan pemahaman kita terhadap Islam yang mulia ini. Dan kewajiban bagi seluruh kaum muslimin untuk kembali mengamalkan ajaran Islam secara murni dan konsekwen tanpa adanya tambahan dan pengurangan. Dan kami juga akan selalu merindukan nasehat dari para pembaca untuk memperbaiki kinerja kami.

Hanya dengan kembali kepada ajaran Islam yang murni dengan apa yang telah datang dari Allah SWT, umat Islam akan jaya di dunia dan mulia diakhirat. Amin

Apabila ada kesalahan dalam penulisan serta dalam menyantumkan nama pengarang serta refrensi dari penerbit. Afwan jiddan semoga Alloh senantiasa mengampuni kami dan memberikan petunjuk jalan kebaikan dan kebenaran.amin

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Ketua Dewan Fokamm

Hasad

Kesehatan mental merupakan sesuatu yang amat penting bagi individu dan masyarakat. Mental atau hati yang sehat akan membuat manusia selalu berada dalam kebaikan, sedangkan hati yang sakit akan berpengaruh negatif terhadap sikap dan prilakunya. Ketidaktaatan manusia kepada Allah bukanlah karena faktor rendahnya kadar intelektual, tapi lebih kepada hatinya yang tidak sehat. Akibatnya, banyak manusia yang kehilangan nilai-nilai kemanusiaannya sehingga derajatnya menjadi begitu rendah, bahkan lebih rendah dari binatang ternak sekalipun. Dalam satu hadits, Rasulullah Saw menyebutkan: “Ketahuilah bahwa pada tubuh manusia itu ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah tubuh itu dan bila ia buruk, buruklah tubuh itu. Segumpal daging itu adalah hati (HR.Bukhari dan Muslim)”.

Ada banyak penyakit mental yang menyerang manusia, satu diantaranya adalah hasad. Dalam lisan al Arab, disebutkan bahwa hasad adalah seseorang menginginkan hilangnya kesenangan yang dimiliki orang lain dan berusaha memindahkan kesenangan itu agar berpindah kepada dirinya. Dalam bahasa kita, hasad seringkali disebut dengan iri hati atau dengki atas prestasi atau keberuntungan yang dicapai orang lain. Ekses dari sikap ini adalah berusaha menghilangkan keberuntungan itu agar beralih pada dirinya.

Dalam kehidupan Rasulullah Saw, diantara pihak yang iri pada beliau adalah orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nasrani maupun orang-orang musyrik, begitu juga dengan orang munafik. Oleh karena itu, Allah Swt berpesan kepada Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya agar bersabar dan terus memperkokoh ketaqwaan kepada Allah Swt dalam menghadapi sikap mereka, Allah berfirman: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan” (QS 3:120).

Kepada orang-orang yang beriman, Allah Swt menegaskan agar sikap hasad ini dijauhi dari dirinya karena merupakan salah satu sikap yang tercela dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya sehingga sikap ini sesuatu yang sangat tidak pantas untuk dimiliki orang-orang yang beriman, Allah berfirman: “Dan Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang telah dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain (QS 4:32)”.

Hasad merupakan sikap tercela dan hal itu akan membawa dampak yang negatif, baik bagi dirinya maupun terhadap orang lain. Terhadap dirinya akan lahir sikap dan sifat negatif seperti tidak menyukai kritik dan saran, apalagi kalau hal itu datang dari orang yang dia berhasad kepadanya, sedangkan terhadap orang lain dilakukan tindakan-tindakan yang tidak benar, sebagai konsekuensi logis dari ketidaksukaannya terhadap orang yang mencapai keberhasilan dan kemajuan. Karena itu, kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab utama lahirnya sikap hasad ini agar dengan demikian kita bisa menjauhinya sehinga sikap yang buruk ini tidak tumbuh dalam diri kita masing-masing.

Di dalam Al Qur’an, Allah Swt menyebutkan dua sebab utama yang membuat seseorang berlaku hasad:

Pertama, rasa permusuhan dan kebencian kepada seseorang. Fakta sejarah menunjukkan bahwa orang kafir, musyrikin dan munafik tidak suka melihat kemajuan yang telah dicapai oleh Rasulullah Saw dengan para sahabatnya, akibatnya mereka tidak sekan-segan menganiaya, memusuhi bahkan memeranginya. Karena itu terjadilah sejumlah peperangan pada masa Rasul disebabkan rasa permusuhan dan kebencian yang membuat mereka menjadi iri hati. Itulah sebabnya, mengapa orang-orang seperti itu tidak boleh dijadikan sebagai teman kepercayaan sebagaimana firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkanmu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya (QS 3:118)”.

Kedua, bagi munculnya sifat hasad adalah bersifat dan bersikap sombong (takabbur), yakni merasa diri sendiri yang paling baik, paling benar atau paling hebat. Dari sifat dan sikap seperti itu seseorang tidak suka terhadap keberhasilan dan kemajuan yang dicapai orang lain sehingga kemajuan dan keberhasilan orang lain itu harus dihambat, bahkan kalau perlu dihentikan dengan berbagai cara, dari sinilah salah satu faktor yang menyebabkan lahirnya prilaku kriminal dan akhlak tercela lainnya antara manusia yang satu terhadap manusia yang lain, bahkan penolakan terhadap nilai-nilai kebenaran yang dibawa oleh Rasul. Allah berfirman menceritakan soal ini: “Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir diantara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: “(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi (QS 23:33-34)”.

Karena faktor kesombongan merupakan sesuatu yang sangat buruk, maka menjadi sangat wajar kalau Rasulullah Saw menyatakan bahwa: tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat sombong meskipun hanya sebiji sawi.

Meskipun hasad itu sikap yang buruk dan harus kita hilangkan dari diri kita, ternyata oleh Rasulullah Saw dinyatakan tidak semua sikap hasad itu buruk, ada juga yang positif sehingga boleh dimiliki dan dilakukan, hal ini dinyatakan oleh beliau dalam satu hadits: “Hasad tidak diperbolehkan kecuali dalam dua hal, iri hati pada orang yang dianugerahi Allah harta yang banyak lalu digunakan untuk kepentingan kebenaran dan iri hati kepada orang yang dianugerahi Allah banyak ilmu lalu ia mengamalkan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain (HR. Bukhari)”.

Hasad dalam dua soal yang disebutkan oleh Rasulullah di atas akan membuat seorang muslim semakin tinggi semangatnya dalam mencari harta untuk selanjutnya diinfakkan di jalan Allah dan terus berusaha menambah atau memperbanyak ilmu untuk dimanfaatkan dalam segala bentuk kebaikan sehingga memberi manfaat yang besar kepada orang lain. Ini berarti, keinginan menjadi baik bukan semata-mata keinginan yang dikhayalkan, tapi setiap orang harus berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh apa yang menjadi keinginan baiknya itu. Kalau seseorang ingin memperoleh harta untuk selanjutnya digunakan dengan baik dan memberi manfaat kebaikan pada orang lain, maka dia harus berusaha untuk mendapatkan harta itu secara sungguh-sungguh dengan cara-cara yang halal. Sedangkan bila ingin memiliki ilmu yang banyak untuk diajarkan dan dimanfaatkan dalam kebaikan, maka seseorang harus menuntutnya secara serius sehingga dia menjadi orang yang alim dan bisa memanfaatkan ilmunya itu pada jalan hidup yang benar.

Akhirnya menjadi keharusan kita bersama untuk terus menjaga kebersihan jiwa kita masing-masing akan menjadi sehat dan dapat mengarahkan kita pada kehidupan pribadi yang shaleh.Inspiration (kolim)

0 komentar: